Size of my brain

Come, read and rest your brain (maybe) forever

Tuesday, July 30, 2013

Keramas?? Kenapaa??

Jadi tadi gw makan siang bareng geng otakicik (sebut saja nama nya keti,gati dan meryl - oh yes, you can find them at my friend list in this blog hihihi). Seperti biasa, dalam 1 jam semua kebodohan, sebagai bukti kalo otak kita memang kicik, dilepaskan tak terkendali.
We love laughing at ourselves, and our friends...yeah we kinda mean, in a sweet way *silakan bingung*

After lunch gw,meryl n gati pun balik ke kantor kita yg di ujung satunya Sudirman naik taksi. And one stupid conversation leads to another, lahir lah percakapan mejik berikut:

Gw : "horeeee jadi meryl kayaaaa....bayarin trip kita ke niujilen (new zealand) tahun depan" (jangan tanya kenapa meryl bisa jadi kaya, kenapa kita bisa punya trip ke NZ, ataupun kenapa meryl harus bayarin)

Gati : "gw nyetir deh...nyetir selama di Niujilen....gpp...nyetirrrrrrrrrrrrrrrr" (ok, we got you,gat...lo nyupir...iyaaaaaa...i am not gonna take your job)

Meryl : "eeh...ehh...ehhh..." *gelagapan* (but we took it as a "iyah, gw bayarin kalian ke niujilen"

Gw : "asiiikk....meryl bayarin yah...gw bawain make up gw semua deh. Jadi lo ga usah bawa2 punya lo....asik kan??? Pake punya gw ajaaaa" (sesungguhnya ini tawaran ga mutu)

Gati :"nti Keti gw suruh keramasin elo dah, ryl....gampangggg"

Bertiga : (ngakak2 bareng)....lalu hening sepersepuluh detik...kemudian...

Gw : "ok, gati nyetir....gw bawa make up....trus kenapa Keti kebagian KERAMAS????!!! Ga ada yg lain apa????"

Bertiga : (ngakak lg tanpa alasan...membayangkan meryl dikeramasin keti)

Meryl : "kalian memang mental babu ga ketolong....org nawarin bayarin makan kek selama di niujilen, bayarin visa kek....ini kok nawarin segala sesuatu yg sifatnya ngebabu..."

Yaah demikianlah posting ini saya persembahkan kepada 3 wanita tanpa logika....no matter what people tell us, we are happy to be stupid in our way....

(Dan marilah kita berdoa bersama-sama kita jadi ke niujileeeeennnnn......dan dibayarin meryl tentunya....dan semua dikeramasin Keti!!!)

Thursday, July 18, 2013

Right or Left?

Peringatan: Ini bukan postingan tentang betapa buta arah nya gw sampe ga bisa bedain kanan or kiri (sometimes...errmm...most of the times).

Ius dari kecil sebenarnya sudah menunjukkan tanda2 Ambidextrous / Ambidexterity.
Kalo megang barang, makan, main, melambai atau apapun, keliatan kalo dia sebenarnya lebih banyak menggunakan tangan kiri. Gw dan papi nya sepakat untuk membiarkan itu. Toh ga ada yg salah, kecuali akan ada komentar2 "tradisional" dari beberapa pihak seperti: "Duuh...pake tangan manis donk..."
Dan gw udah wanti2 ke pengasuh nya untuk tidak menyebut tangan kanan sebagai "tangan manis", "tangan bagus" atau sejenis nya.
Tangan kanan yah tangan kanan. Tangan kiri yah tangan kiri. Ga perlu menjelek2an atau mengistimewakan salah satu kan?

Ketika mulai belajar memegang pena/pensil/crayon, Ius ternyata lebih nyaman menggunakan tangan kanan. Dan makin besar, makan pun dia terlihat lebih nyaman dengan tangan kanan. Untuk hal2 lain, dia selalu bergantian memakai tangan kanan dan kiri. Which is menurut gw, ga masalah.

Yang gw dan pak suami lakukan cm memperhatikan ke mana arah perkembangan anak ini dan give our best support. Ius dari kecil adalah anak yg multi languange. It was our decision to raise him like that despite of all the controversy out there.
Sekarang, dia bisa switch dengan cepat dan mudah from english to indonesian. Secepat apa? Kita ngobrol bertiga (Ius, gw dan papi nya), dan di tengah2 obrolan dia akan switch secara otomatis antara bahasa inggris dan indonesia. Inggris ketika dia berbicara atau menjawab pertanyaan papi nya. Dan indonesia ketika dia menoleh dan bicara dgn gw.
It's kinda funny when you see 3 of us chat :)

Kita juga melihat, dari kecil Ius punya ketertarikan dan bakat di seni. Terutama musik. Dari saat dia udah mulai bisa bersenandung, anak ini ga pernah fals. Sampe sekarang kalo nyanyi ga pernah fals. *emaknya bersin aja fals*
Dan dia juga punya daya imajinasi yg cukup baik. Misalnya: dia nyusun magnet kulkas berderet2. Trus bilang: "Mami...ini Mickey mouse" "Mami...ini truck"
Yang setelah gw liat2 memang mirip si mikimos dan truck.

Kesimpulan gw dan suami, otak kanan dan kiri Ius development nya berimbang dan cukup baik. Gw ga akan membahas otak kanan kiri tengah atau otak bagian apapun. Otak gw ga bakal sanggup buat ngebahas itu #otakicik.
Dan gw ga sedang membangga2kan anak sendiri, ini yg gw tulis adalah yg gw liat. I just want mu son, one day, knows that we did let him be the best he can. And he should be proud of himself.

Challenge terbesar gw saat ini adalah melawan komentar dan pandangan "tradisional" yg relatif menentang penggunaan tangan kiri (entah apa sebenarnya dosa tangan kiri ini pada mereka).
"Iiih...Ius kok terima nya pake tangan jelek sih?" *bedakin tangan kiri Ius biar cakepan dikit*

Notes: Ius juga kyknya ada gejala OCD. Not sure yet, will observe more on this :)


Don't "under-estimate" yourself

Jumat lalu gw ke sekolahan nya Ius, ada parents orientation. Biasalah, para orang tua (yang 99% diwakilkan oleh emak2nya) ngumpul dan dikasih semacam penjelasan oleh guru kelas anaknya. Sekalian kenalan juga sama guru2 baru anaknya dan tentu nya kenalan antar orang tua. Dimana setelah itu, contact BBM langsung nambah drastis hihihihii...emak2 banget dah.

Dan secara gw bukan material ibu2 POMG (atau gimanalah tulisannya itu), gw cm basa basi seperlunya. Abis meeting yah ngabur langsung ke kantor...*sungguh wanita karir sejati*
Nah bicara mengenai wanita karir, ada sepotong percakapan yg agak menggelitik gw pas hari Jumat itu.

Jadi ibu2 di kelas Ius itu memang dari berbagai macam latar belakang. Secara umum terbagi 2, yg kerja dan yg ibu rumah tangga.
Waktu kita kenalan, setelah sebut nama dan nama anak, biasanya dilanjutkan dengan percakapan basa basi semacam: "kerja apa?" "besok nganter anaknya?", etc.
Ada seorang ibu yg duduk sebelah gw, anaknya baru masuk di sekolahan itu. Pas lg ngobrol2, entah lagi ngomongin apa ibu2 itu ngomong sekilas lalu dgn suara pelan nan lembut: "Iyah, biasa nya saya memang antar, karena memang cuma ibu rumah tangga, jd bisa nganterin anak sekolah"
Pada waktu itu kita yg lg ngobrol ga terlalu perhatiin, karena sibuk lanjut dgn diskusi lain dgn gurunya.

Pulang dari sekolahan, gw mikir, kenapa ibu itu terkesan merasa sedikit rendah diri dengan profesi nya sebagai ibu rumah tangga? I am not saying that she is wrong or everybody else in the room was judging her for being housewife.
Tapi gw lebih merasa, itu udah kayak stigma yg melekat di masyarakat kita bahwa seorang ibu rumah tangga, di depan nya harus ada embel2 kata "cuma", "hanya".
Gw menjadi agak gerah menyadari hal itu.
Gw ga harus menjelaskan atau membanding2kan di sini seberapa berat jd ibu rumah tangga atau seberapa berat menjadi wanita karir, etc. Semua itu pilihan and it takes mountain high of courage to choose one of those paths. Dan itu beda2 buat masing2 orang lho.
For me, maybe it will take 3 mountains of courage before I may one day decide to be ibu rumah tangga. Ga semua orang sanggup dan mau lho jadi ibu rumah tangga.
So, I kinda sad, masih ada di zaman sekarang orang2 yg mungkin tanpa sadar sedikit menganggap enteng pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, bahkan ga jarang suami dan keluarga sendiri juga begitu.

Yah I just wanna say, for all the "ibu rumah tangga", housewives, SAHM, atau apapun istilahnya, out there...be proud of yourself. You really need to introduce yourself as : "saya ibu rumah tangga" without embel2 "cuma" or "hanya" or "only" or "just".

Dan saya sebagai wanita karir kurang kerjaan di pagi hari nulis postingan ini, semoga buat para ibu rumah tangga (atau calon ibu rumah tangga) yg kebetulan baca, ini bisa jd confident booster (if you need it).
Dan for sure, I will revisit this post if one day I myself decide to be "ibu rumah tangga" :)

Thursday, July 11, 2013

(Finding) the reason to fall in love (again)

Jangan pada sotoy yah baca judulnya. Ini bukan soal cinta2an ala abege, bukan soal falling in love again sama pak suami juga (kan sayah in loph eperidei sama pak suami...*tersipu-sipu* *silakan muntah*)

So, this is about, falling in love all over again with my job, my worklife.
Gosh, it has been a rocky year for me and these couple of months I realize that I actually in the searching of reason(s) to fall in love again. Work wise.

I am writing this one day before my 9th anniversary with this company/group. I have been soooo freakin' lucky to get the chance to see the world and work with various people in various position. Not many company can give you this opportunity. I know!
Along the years I have to admit, despite of the ups and downs, I can say I loveee (or at least trying my best to love) all the jobs I performed. Even at the lowest point where you were beaten up so badly (sampe kena mental - istilah kerennya), still love is in the air (yaakkk mari muntah bersama).

This past year, it has been soooo hard for me to get that old loving vibes back. Perhaps because I am getting older (yes, 25 can be considered old is some culture! *umpetin KTP*) or perhaps because I am just simply stop myself searching for the vibes. Dunno.

And as I said, these couple of months, things are getting clear. Perhaps of new fresh air, new challenges or new salary *wink* (you wish! in your dream!), but all I know the vibes are here. Slowly but sure. I just need to pull myself up together again and start believing in my brain to do her magic (I need a loooootttt of magic, dear brain. Pls help me!).

To my friends who read this post (and you know who you are), thanks for just being there and making fun of our brains. And to my friend who reminds me of the fact that I am 1 out of 3 out of 6000 applicants that made the cut, thanks :)

And how in love I want to be with what I am doing? Just look at FUN. when they perform their music. They look so damn happy when they sing and play the music. And that's where I aim to be. me and my job.