Size of my brain

Come, read and rest your brain (maybe) forever

Thursday, July 18, 2013

Don't "under-estimate" yourself

Jumat lalu gw ke sekolahan nya Ius, ada parents orientation. Biasalah, para orang tua (yang 99% diwakilkan oleh emak2nya) ngumpul dan dikasih semacam penjelasan oleh guru kelas anaknya. Sekalian kenalan juga sama guru2 baru anaknya dan tentu nya kenalan antar orang tua. Dimana setelah itu, contact BBM langsung nambah drastis hihihihii...emak2 banget dah.

Dan secara gw bukan material ibu2 POMG (atau gimanalah tulisannya itu), gw cm basa basi seperlunya. Abis meeting yah ngabur langsung ke kantor...*sungguh wanita karir sejati*
Nah bicara mengenai wanita karir, ada sepotong percakapan yg agak menggelitik gw pas hari Jumat itu.

Jadi ibu2 di kelas Ius itu memang dari berbagai macam latar belakang. Secara umum terbagi 2, yg kerja dan yg ibu rumah tangga.
Waktu kita kenalan, setelah sebut nama dan nama anak, biasanya dilanjutkan dengan percakapan basa basi semacam: "kerja apa?" "besok nganter anaknya?", etc.
Ada seorang ibu yg duduk sebelah gw, anaknya baru masuk di sekolahan itu. Pas lg ngobrol2, entah lagi ngomongin apa ibu2 itu ngomong sekilas lalu dgn suara pelan nan lembut: "Iyah, biasa nya saya memang antar, karena memang cuma ibu rumah tangga, jd bisa nganterin anak sekolah"
Pada waktu itu kita yg lg ngobrol ga terlalu perhatiin, karena sibuk lanjut dgn diskusi lain dgn gurunya.

Pulang dari sekolahan, gw mikir, kenapa ibu itu terkesan merasa sedikit rendah diri dengan profesi nya sebagai ibu rumah tangga? I am not saying that she is wrong or everybody else in the room was judging her for being housewife.
Tapi gw lebih merasa, itu udah kayak stigma yg melekat di masyarakat kita bahwa seorang ibu rumah tangga, di depan nya harus ada embel2 kata "cuma", "hanya".
Gw menjadi agak gerah menyadari hal itu.
Gw ga harus menjelaskan atau membanding2kan di sini seberapa berat jd ibu rumah tangga atau seberapa berat menjadi wanita karir, etc. Semua itu pilihan and it takes mountain high of courage to choose one of those paths. Dan itu beda2 buat masing2 orang lho.
For me, maybe it will take 3 mountains of courage before I may one day decide to be ibu rumah tangga. Ga semua orang sanggup dan mau lho jadi ibu rumah tangga.
So, I kinda sad, masih ada di zaman sekarang orang2 yg mungkin tanpa sadar sedikit menganggap enteng pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, bahkan ga jarang suami dan keluarga sendiri juga begitu.

Yah I just wanna say, for all the "ibu rumah tangga", housewives, SAHM, atau apapun istilahnya, out there...be proud of yourself. You really need to introduce yourself as : "saya ibu rumah tangga" without embel2 "cuma" or "hanya" or "only" or "just".

Dan saya sebagai wanita karir kurang kerjaan di pagi hari nulis postingan ini, semoga buat para ibu rumah tangga (atau calon ibu rumah tangga) yg kebetulan baca, ini bisa jd confident booster (if you need it).
Dan for sure, I will revisit this post if one day I myself decide to be "ibu rumah tangga" :)

No comments:

Post a Comment