Size of my brain

Come, read and rest your brain (maybe) forever

Monday, August 19, 2013

100th post

Horee...udah 100 postingan aje ini blog *tabur confetti*
Mau nulis apa yah di postingan ke-100 ini? Setelah bersemedi selama 3 hari 3 malam *penting*, maka diputuskan gw akan menulis tentang....Breastfeeding!
Yah mumpung masih bulan Agustus yang katanya adalah Breastfeeding Month.
Simply gw akan tulis pengalaman gw aja, ga pake ilmu2 canggih konselor laktasi, ga ada tips and trik or manajemen ASIP dll. Pokoknya menghindari hal2 sopistiketid yg bikin otak keriting deh.

Kenapa gw memutuskan untuk menulis soal menyusui/breastfeeding dan segala tetek bengek nya? Karena so far, selama hampir 33 tahun gw hidup, menyusui Ius adalah hal dan pengalaman yang paling luar biasa buat gw. Nothing beats that, so far.

Gw menyusui Ius in total 2 tahun dan 4 bulan. Gw bukan dari keluarga ASI. Dalam artian, di keluarga besar gw dan suami, kita tidak tumbuh dalam keluarga yg "taat ASI' dan kita sendiri pun ga dapet ASI samsek.
Di keluarga gw, jumlah cucu kakek nenek gw adalah 16 orang dan tidak ada satu pun yang pernah dapet ASI ekslusif (ASIX) 6 bulan.
Gw dan kakak gw tumbuh besar dengan asupan sufor import nan mahal, yang pada waktu itu harus dikirimkan dari Jakarta, karena di Jambi pasokan masih sangat terbatas. *Peyuk papa mama* Dan kami ber-16, tumbuh besar sehat dan sukses. Beneran deh, kami ini pintar2...pintar ngibul, pintar ngeles, pintar shopping. (walo otak saya kicik, tp sayah ini yg paling pintar lhooo...menurut nenek sayah...)
Jadi, I will not compare ASI dan sufor di sini. Cukup sudah perdebatan yang ada and I wont be part of it. Gw menuliskan latar belakang keluarga di atas, untuk memberikan gambaran betapa minimnya eksposure gw terhadap dunia per-ASI-an.

Jadi ketika hamil sedikit demi sedikit gw membaca, browsing dan melihat (ini yg paling penting: MELIHAT) bagaimana teman2 kantor gw berjuang memberikan ASI ke anak2nya. Pada waktu itu, one of the inspiration is my dear friend, Meryl
Tanpa sadar kayaknya alam bawah sadar gw mulai terbentuk suatu konsep bahwa gw akan menyusui. Titik. Gimana caranya? I didnt know yet. Pokoknya kita liat deh gimana nanti, *mental emak2 kepala batu* hihihi...
Persiapan selama hamil? Boro2...yg ada selama hamil gw tenggelam di kerjaan, makan dan ngunyah terus. Online shopping baju2 hamil, online shopping barang2 bayi...boro2 persiapan mental melahirkan or menyusui dah. Yang ada...hura-huraaaaa...

Gw dan suami termasuk orang yang ga mau ambil pusing or ribet berlebih. I mean, we can decide to go with a more expensive or not popular option as long as it can save our time and get away the headache. In extreme way, gw akan bisa dengan mudah memutuskan "OK, cesar aja deh kalo gitu" andaikan dokter gw waktu itu menyarankan cesar.
At the end, gw memang memutuskan untuk cesar. Why? There's reason behind the decision which I will not talk about here. All I can say, it was just simply our decision. Why go for cesarian? it's our decision. Simple.
Tapi ketika itu menyangkut menyusui, entah kenapa ada dorongan dalam diri yang bikin gw super kekeuh buat kasih ASI. Gw ga peduli apa itu orang mau bilang ASIX, S1 ASI, S2 ASI, sarjana ASI, cum laude ASI...apapun itu, gw cuma mau Icarus Adam Chan Purnomo hidup dari ASI gw *merdeka!!!*
Bagi gw waktu itu simple, ketika gw memutuskan bagaimana cara melahirkan Icarus, itu hak gw sebagai ibu hamil dan suami gw sebagai bapaknya. Tapi kalo udah ngomongin ASI, itu hak anak gw. And I don't have the gut to take away his right just like that. I just, personally, can not.
Dan gw diberkati dengan ASI yang luar biasa melimpah (pabrik susu yeee...), so what's the reason on earth yg bikin gw ga ngasih ASI?
So, that's how the 2 years and 4 months period goes.

Jadi lancar2 aja nih cerita breastfeeding nya? Tentu tidak donk...yang namanya payudara bengkak, mompa tengah malam, puting lecet, nganterin ASIP pas Ius disinar di RS karena kuning, gotong2 cooler bag naik busway, naik angkot, naik pesawat...udah pernah donk yah.
Sebelum Ius lewat masa ASIX (belum 6 bulan) gw udah tugas ke luar negeri. Even belum genap Ius umur 8 bulan, gw udah 3x tugas luar negeri. Gotong2 cooler bag melintasi lautan, mompa di toilet pesawat (maapkan sayah para penumpang yang ngantri di luar), mompa di toilet pelabuhan TPP, mompa di sela2 lunch time workshop, di toilet airport. Pokoknya udah segala tempat kayaknya. Memang semua hasil pompaan itu ga saya bawa pulang. As I said, I am blessed with massive supply of breastmilk, jd gw memastikan stok ASIP di freezer rumah cukup buat Ius minum selama gw tinggal.

Cerita soal menyusui dan tugas kantor ini puncaknya terjadi January 2012. Gw disuruh 1 bulan ke kantor pusat di eropah sana. Maaaaakkk...pegimana ini? Ius memang udah 1,5 tahun. Udah bisa lah ditinggal. Tapi ditinggal selama itu? Dan ada faktor lain yg bikin gw memutuskan untuk bawa anak gw. Not to tell the details here, but in short, my old nanny resigned.
Akhirnya gw boyong Ius dan mama ikut ke sana. *i loph yu so much, mama...*
Ius tetap gw susui di sela2 jam makan siang. Gw ngabur balik ke hotel yg cuma tinggal koprol dari kantor. Repot? biasa aja...

Selama menyusui, berkali2 gw dipertanyakan. Bukan oleh orang luar, tp mostly oleh pihak keluarga sendiri. As I said before, keluarga gw dan suami bukan lah keluarga yang benar2 paham ASI. Noone to be blamed. It's just the way they know how to raise their children.
Dipertanyakan apakah ASI aja cukup, apakah ASI gw cukup buat Ius minum karena ukuran payudara gw yg super minimalis (gw tunjukkin freezer 7 rak yg full dan ASIP2 yg terpaksa gw buang, barulah pertanyaan model ini berhenti), khawatir karena Ius ga pernah minum "susu bubuk" takut gizinya kurang (even sampai sekarang Ius udah umur 3 tahun, masih suka ditanya kenapa ga ngasih susu bubuk hahahaa...)
Tapi kebanyakan dari komentar2 ini adalah karena mereka sayang sm gw. Mereka khawatir karir gw terganggu karena gw sibuk mompa ASI, khawatir gw kecapean karena harus gotong2 cooler bag dan mompa tengah malam/subuh, khawatir gw kerepotan dan jadi ga bisa hang out or jalan ke mall lagi, which is I really appreciate.
Tapi at the end, breastfeeding is one decision I will never regret.

Breasfeeding is not only about to have healthy baby, saving money from buying formula, not about competition with other moms.
You can always raise a healthy baby, save money, or compete in millions different ways.
But the feeling, the attachment, and the journey of your breastfeeding is one thing you will cherish forever.

PS: Cerita menyapih Ius udah pernah gw ceritain juga di blog ini. So, I won't write it here yah.

No comments:

Post a Comment